Barangkali bila dihitung secara sederhana, kurang lebih kita menghabiskan waktu dengan smartphone selama 3-4 jam sehari, baik untuk komunikasi konvensional seperti telepon dan sms, maupun untuk aktivitas online seperti bermedia sosial dan berselancar untuk berbagai kepentingan. Hal yang berlangsung lama dan terus menerus ini menimbulkan suatu adiksi (ketergantungan) bawah sadar yang dapat kita rasakan bila smartphone kita tertinggal.
Orangtua tidak membutuhkan keahlian khusus untuk mengetahui bahwa anak mereka mengalami ketergantungan smartphone. Sementara orang tua lain merasa tidak nyaman dengan anak-anak mereka yang terus-menerus menggunakan smartphone, kebanyakan orang tua lain malah masih belum yakin bahwa kecanduan teknologi memiliki efek yang sangat buruk terhadap tumbuh kembang anak.
Kehilangan Empati
Empati adalah kemampuan untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain dan merupakan sifat yang penting bagi hubungan sosial yang sehat. Empati adalah alasan orang bersikap baik satu sama lain, menyumbang untuk membantu, dan tidak bersikap yang dapat merugikan orang lain. Bila empati berkurang atau bahkan hilang maka sikap merusak dan tempramental akan menggantikannya. Tanpa empati, seseorang bisa bersikap dingin, tak acuh bahkan kejam terhadap orang lain. Kemudian, ketika mereka menghadapi tanggapan dingin dan kejam dari orang lain, siklus tersebut berlangsung terus dan berulang.
Membatasi Soft Skill's
Smartphone memberi informasi dan hiburan sesuai keinginan kita. Dengan demikian, kepuasan jangka pendek menjadi harapan bagi para penggunanya. Smartphone maupun komputer membawa kita ke dalam pola komunikasi yang mempengaruhi cara kita berhubungan sehari-hari. Smartphone membuat kita mengharapkan jawaban segera atas suatu masalah, menjadi cenderung tidak sabar, menggunakan frasa kalimat yang lebih pendek, langsung pada pokok permasalahan bukan berbicara sesuai konteks perasaan, dan dapat mengabaikan keinginan orang lain untuk mengekspresikan diri. Berkurangnya kemampuan soft skill yang meliputi keterampilan komunikasi personal dan kemampuan berpikir kritis, dapat mengganggu hubungan dalam pekerjaan dan peluang-peluang untuk mendapatkan kesempatan dari orang lain. Mengekspresikan diri dan perasaan serta sosialiasi dalam membangun hubungan yang faktual dalam kehidupan nyata dengan orang lain adalah inti dari kehidupan manusia, sehingga semakin kita menggunakannya, semakin baik kita memperoleh hasilnya. Sedangkan kebalikannya, yaitu ketika seseorang mengandalkan interaksi melalui dunia virtual, mereka akan kehilangan keterampilan yang dibutuhkan untuk terhubung secara emosional.
Orangtua tidak membutuhkan keahlian khusus untuk mengetahui bahwa anak mereka mengalami ketergantungan smartphone. Sementara orang tua lain merasa tidak nyaman dengan anak-anak mereka yang terus-menerus menggunakan smartphone, kebanyakan orang tua lain malah masih belum yakin bahwa kecanduan teknologi memiliki efek yang sangat buruk terhadap tumbuh kembang anak.
Kehilangan Empati
Empati adalah kemampuan untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain dan merupakan sifat yang penting bagi hubungan sosial yang sehat. Empati adalah alasan orang bersikap baik satu sama lain, menyumbang untuk membantu, dan tidak bersikap yang dapat merugikan orang lain. Bila empati berkurang atau bahkan hilang maka sikap merusak dan tempramental akan menggantikannya. Tanpa empati, seseorang bisa bersikap dingin, tak acuh bahkan kejam terhadap orang lain. Kemudian, ketika mereka menghadapi tanggapan dingin dan kejam dari orang lain, siklus tersebut berlangsung terus dan berulang.
Membatasi Soft Skill's
Smartphone memberi informasi dan hiburan sesuai keinginan kita. Dengan demikian, kepuasan jangka pendek menjadi harapan bagi para penggunanya. Smartphone maupun komputer membawa kita ke dalam pola komunikasi yang mempengaruhi cara kita berhubungan sehari-hari. Smartphone membuat kita mengharapkan jawaban segera atas suatu masalah, menjadi cenderung tidak sabar, menggunakan frasa kalimat yang lebih pendek, langsung pada pokok permasalahan bukan berbicara sesuai konteks perasaan, dan dapat mengabaikan keinginan orang lain untuk mengekspresikan diri. Berkurangnya kemampuan soft skill yang meliputi keterampilan komunikasi personal dan kemampuan berpikir kritis, dapat mengganggu hubungan dalam pekerjaan dan peluang-peluang untuk mendapatkan kesempatan dari orang lain. Mengekspresikan diri dan perasaan serta sosialiasi dalam membangun hubungan yang faktual dalam kehidupan nyata dengan orang lain adalah inti dari kehidupan manusia, sehingga semakin kita menggunakannya, semakin baik kita memperoleh hasilnya. Sedangkan kebalikannya, yaitu ketika seseorang mengandalkan interaksi melalui dunia virtual, mereka akan kehilangan keterampilan yang dibutuhkan untuk terhubung secara emosional.
Cacat Emosional
Smartphone menawarkan akses tak terbatas yang lebih mudah, namun juga memberi lebih banyak akses tanpa penyaring dimana anak-anak dan remaja dapat dipengaruhi dengan segala cara yang tidak dapat kita prediksi. Sebuah studi melaporkan adanya hubungan yang kuat antara penggunaan internet yang berkepanjangan dengan depresi. Mereka juga mengamati hubungan antara penggunaan media sosial dan gejala depresi, termasuk harga diri yang rendah. Bukan hanya akibat postingan dari teman sebaya namun juga akibat iklan yang memang tujuannya untuk mempengaruhi massa, dan remaja adalah pengguna yang paling rentan terhadap kampanye pemasaran ini. Remaja sedang dalam tahap pengembangan di mana mereka masih tidak memiliki identitas yang kuat, sehingga dengan terus-menerus berada di media sosial, mereka secara efektif terpapar iklan dan promosi yang tidak realistis untuk mereka. Pada akhirnya, iklan ini berdampak negatif terhadap kesehatan mental orang muda karena representasi gaya hidup yang tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya.
Online Relaxation
Kebanyakan ahli menyarankan orang tua untuk mendorong anak mereka membatasi waktu dalam penggunaan smartphone. Kalimat-kalimat perintah untuk menghentikan penggunaan smartphone pada banyak situasi tidak terbukti dapat dipatuhi, bahkan oleh orang dewasa sekalipun, misalnya penggunaan smartphone pada sebuah penerbangan.
Online relaxation adalah upaya relaksasi dengan cara mematikan smartphone pada ruang dan waktu tertentu. Relaksasi ini bertujuan menghentikan stimulasi dari smartphone, baik itu stimulasi suara, cahaya maupun stimulasi rasa ingin tahu yang muncul di otak. Yang dimaksud dengan menghentikan adalah benar-benar mematikan, bukan hanya sekedar merubah menjadi mode diam (silent mode) maupun mode pesawat (airplane mode), karena apabila hanya merubah mode maka stimulasi rasa ingin tahu dari otak masih cukup besar dan akan mengakibatkan kecemasan. Online relaxation harus anda lakukan pada tiga waktu penting berikut :
Sebelum Tidur Malam Hari
Mengecek email, atau pesan whatsapp atau sekedar membaca pesan dari grup yang hari itu belum terbaca sudah menjadi kebiasaan pengguna smartphone. Kebiasaan ini kelamaan akan menjadi sesuatu yang wajib dan bila tidak dilakukan akan mengakibatkan kegelisahan.
Tidur adalah sebuah kebutuhan yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Bahkan beberapa orang harus menggunakan obat-obatan untuk bisa mendapatkan sensasi tidur yang lama walaupun tidak berkualitas.
Melihat smartphone sesaat sebelum tidur dapat merubah jam biologis tubuh kita. Sejak kecil kita telah terbiasa tidur malam pada jam tertentu, jam sembilan malam misalnya. Kebiasaan ini telah menjadi konsep tubuh kita sehingga semua pengaturan hormon akan berkerja sesuai jam biologis ini. Jam biologis inilah yang membuat kita merasa lelah sesaat sebelum jam tidur tiba atau menguap pada saat waktu tidur itu tiba. Stimulasi cahaya dari layar smartphone dan rasa ingin tahu yang muncul di perasaan kita akan merangsang kembali otak pada tingkat konsentrasi tertentu. Konsentrasi tersebut akan mengakibatkan ketegangan pada otot-otot wajah, mata, leher dan kaki yang akan mengakibatkan rasa lelah dan ngantuk itu hilang dan akhirnya jam biologis kita untuk tidur menjadi mundur dan dalam jangka waktu panjang akan merubah siklus tidur kita.
Untuk mengganti kebiasaan ini, membaca buku yang isinya ringan adalah pengganti terbaik sebagai pengantar tidur. Buku tidak mengeluarkan cahaya dan isi buku yang kita baca berupa alinea dengan garis horizontal yang teratur sehingga mata kita cenderung mudah lelah.
Memulai Pekerjaan di Pagi Hari
Memulai pekerjaan di pagi hari memerlukan konsentrasi yang tinggi, karena selain harus mengerjakan tugas-tugas baru di hari itu, tugas-tugas hari sebelumnya juga masih menjadi beban yang harus diselesaikan. Rencana pertemuan maupun berbagai kewajiban pekerjaan yang harus dilakukan pada hari itu ditambah dengan bunyi pesan yang tentu saja membuat penasaran, akan memecah konsentrasi dan merubah mood dalam mengawali pekerjaan, padahal mood pagi hari sangat mempengaruhi performa kita sepanjang hari itu. Mematikan smartphone beberapa waktu sebelum mulai bekerja akan membuat otak mudah menentukan fokus dan prioritas dalam mengawali hari.
Waktu Makan Utama
Bangsa manapun di dunia ini menghargai makanan baik sebagai hal yang harus di upayakan maupun hal yang harus di hargai perolehannya. Namun ketika sudah di meja makan, pemandangan masing-masing anggota keluarga yang larut dengan smartphone masing-masing bukan hal yang aneh lagi. Makan sebagai sebuah ritual kebersamaan dan wujud kehangatan keluarga, kini merupakan kegiatan multitasking yang dilakukan sembari bersosial media dan berselancar di dunia maya. Kebiasaan ini akan menghilangkan penghargaan kita terhadap makanan yang kita upayakan dengan bekerja, mengabaikan orang terkasih disekitar kita dan momen kehangatan keluarga yang tidak akan tersimpan di memori sebagai kebiasaan baik yang bersifat turun-temurun.
Pada umumnya sebuah keluarga memiliki satu waktu makan utama di hari biasa, yaitu makan malam, dan tiga waktu makan utama di akhir minggu (sarapan pagi, makan siang dan makan malam). Dengan mematikan smartphone diwaktu makan utama, kita telah mengembalikan prosesi makan sebagai sebuah upaya menghargai hal yang paling mendasar yang membuat kita hidup dan juga mewujudkan kasih sayang yang sebenarnya dengan anggota keluarga yang lain.
Kunci dalam online relaxation adalah menemukan keseimbangan dalam aktivitas. Ketika kita telah menetapkan batasan, maka kita akan semakin praktis dalam menggunakan smartphone. Teknologi tidak akan pernah berhenti, kuncinya adalah memastikan bahwa teknologi tetap menjadi alat pelayan dengan tetap memperhatikan pola penggunaan di tempat
dan waktu yang seharusnya.
(Original article)
Comments
Post a Comment