Skip to main content

Tantangan Komunikasi Ibu dan Anak Usia Sekolah Jaman Now

Related image 

Hubungan fisik dan psikologis orang tua dan anak terbangun dengan banyak cara, mulai dari sentuhan, suapan, pemberian, dengan berbagai situasi emosionalnya. Perkembangan pola pergaulan, kompetisi di sekolah serta pengaruh media televisi terkadang membuat orang tua terkaget-kaget dengan cara anak berkomunikasi, mulai dari gaya bahasa, gestur, kalimat bahkan isi dari pembicaraan yang mungkin kita anggap aneh. Namun itulah anak, orang tualah yang harus memiliki pengetahuan dan strategi menjaga pola komunikasi agar anak tetap berada dalam koridor tumbuh kembang yang normal.

Ketika anak mulai memasuki bangku sekolah, mereka akan mulai mandiri, menghabiskan waktu mereka di luar rumah, di sekolah, dan bersama temannya. Tapi berbicara dengan anak Anda masih sangat penting untuk mempererat hubungan, berbagi ide, opini, dan informasi. 

Berikut beberapa ide untuk membantu anda berkomunikasi dengan anak :
  • Sempatkan untuk mendengar aktivitas harian anak, pastikan anak tahu bahwa Anda tertarik dan mendengarkan dengan saksama
  • Ingatlah untuk selalu memulai pembicaraan dengan rasa ingin tahu yang jujur
  • Berikan pertanyaan terbuka, agar anak lebih banyak mengutarakan isi pikirannya, sehingga anda bisa mendalami point penting yang dapat anda jadikan pesan kebaikan untuk anak
  • Gunakan waktu saat berpergian dengan mobil atau mengantre untuk berbicara dengan anak Anda
  • Sempatkan untuk menghadiri kegiatan sekolah anak, bermain games, dan berbicara tentang kegiatan terkini.
  • Dukung anak untuk membaca buku dan cerita yang sedikit lebih tinggi dari level yang seharusnya ia baca.

Image result for ngobrol anak sekolah

Saat anak berada di sekolah, cara anak memahami dan menggunakan bahasa akan menjadi lebih cermat. Biasanya, anak akan mengerti lebih banyak kosakata dan konsep dari yang dapat ia ekspresikan. Anak seharusnya dapat mengerti paragraf naratif dan membagi ide dan opini dengan pengucapan yang jelas.

Beberapa orang tua jarang berbicara atau mengobrol dengan buah hati lantaran sibuk bekerja. Hal ini dapat berefek buruk pada kemampuan bahasa anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh pakar psikologi anak, Betty Hart dan Todd R Risley, kemampuan anak dalam berbahasa telah terbentuk jauh sebelum anak memasuki masa prasekolah. Kemampuan tersebut berasal dari keluarganya, terutama saat orangtua mengobrol dengan anak. Anak yang banyak diajak mengobrol cenderung memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik.

Hart dan Risley menemukan bahwa dalam satu jam, beberapa orang tua menuturkan lebih dari 3000 kata kepada buah hatinya, sedangkan beberapa yang lain menuturkan kurang dari 200 kata. Hal tersebut menciptakan perbedaan drastis ketika anak mencapai usia tiga tahun. Ketika memasuki masa prasekolah, beberapa anak telah mendengar 33 juta kata, sedangkan beberapa anak yang lain hanya mendengar 10 juta. Ketimpangan tersebut menjadi penyebab perbedaan kemampuan anak dalam berbahasa. Jika orang tua jarang mengobrol dengan anak, maka kemampuan anak dalam berbahasa cenderung tertinggal dibanding anak lain. Anak juga berisiko mengalami keterlambatan dalam berbicara.

Meski orangtua adalah guru bahasa utama bagi anak, anak tak melulu harus belajar dari orang tua. Anak juga bisa mempelajari kemampuan bahasa melalui pelajaran di sekolah dan percakapan dengan teman sebaya. Anak juga bisa belajar dari saudara, kakek, atau nenek. Yang paling penting, ada sosok yang gemar mengajak anak bercakap-cakap. Sebetulnya yang penting ada model bahasa. Tidak dapat dipungkiri orangtua sekarang banyak yang harus bekerja, apalagi misalnya single parent yang tidak mungkin tidak bekerja.

Selain melalui percakapan langsung, anak juga dapat meningkatkan kemampuan bahasa melalui buku. Buku memberikan pengetahuan kosa kata yang tak didapat dari percakapan sehari-hari. Eka menuturkan, anak yang suka membaca buku akan memiliki perbendaharaan kata yang lebih luas ketimbang anak yang jarang membaca buku.



(Dari berbagai sumber)

Comments