Skip to main content

Penyandang Nyeri Kronik di Sekitar Kita

 https://i0.wp.com/katethealmostgreat.com/wp-content/uploads/2016/01/chronic-pain-what-you-can-do-kate-the-almost-great.jpg?resize=600%2C900

Panjangnya usia harapan hidup, gaya hidup statis serta asupan makanan yang tidak memenuhi kaidah nutrisi adalah penyumbang terbesar munculnya berbagai penyakit kronik. Konsekuensi dari sebuah penyakit kronik adalah munculnya gejala penyakit yang beragam dan dapat mempengaruhi aktivitas dan mobilitas sehari-hari.

Sebagai contoh seorang dewasa muda (sebut saja namanya Indra) dengan gangguan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terdeteksi, gejala yang muncul mungkin hanya nyeri kepala berat saat baru bangun tidur pagi yang akan mereda setelah mandi pagi atau mungkin nyeri dan kaku pada leher pada saat sedang bekerja. Dampak nyeri yang dirasakan Indra, bisa kita lihat telah berdampak secara fisik, psikis dan sosial. Secara fisik tubuh indra sudah tidak segar ketika bangun tidur pagi dan ini akan memberi dampak psikis berupa mood yang labil dan cenderung emosional dalam menghadapi berbagai situasi dan dengan kondisi ini ketika Indra bekerja akan cenderung memilih sendiri karena ketidaknyamanan tubuh dan moodnya sehingga aktivitas sosialnya dihari itu akan terganggu. Apakah cukup sampai disini ?

Ternyata tidak. Kondisi ini bagaikan sebuah siklus yang berlangsung harian, mingguan dan tahunan sehingga menjadi sebuah nyeri yang bersifat kronik (berlangsung lama). Dan ini adalah gambaran umum disekitar kita, bahkan mungkin anda sendiri mengalaminya. Demikianlah sebuah nyeri memberi dampak pada kehidupan kita sehari-hari.


Siapa Saja Penyandang Nyeri Kronik ?
Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung minimal 12 minggu (3 bulan). Nyeri tersebut dapat berlangsung terus menerus dan semakin bertambah nyeri atau dapat mereda namun muncul kembali. Nyeri kronik akan berkembang menjadi sebuah sindrom yang dikenal dengan Chronic Pain Syndrome (CPS) ketika nyeri tersebut berlangsung selama lebih dari enam bulan dan mengakibatkan komplikasi biopsikososial.

https://img.medscapestatic.com/slide/migrated/editorial/cmecircle/2003/2361/slide06.gif


Penyandang Nyeri Kronik (PNK) seringkali mengabaikan gejala nyerinya karena nyeri tersebut membaik dengan mengkonsumsi obat anti nyeri (analgesik). Namun gejala nyeri tersebut muncul kembali oleh karena suatu pencetus yang tidak diketahui. Bagi dokter dan praktisi kesehatan, nyeri adalah data awal dari proses investigasi sebuah penyakit.

Bagaimana terjadinya nyeri kronik tidak lepas dari dampak lanjutan dari cedera (yang dapat disadari atau tidak disadari) baik yang bersifat mikro/tidak terlihat (cedera selular/cellular injury) misalnya pada peradangan kronis pembuluh darah maupun bersifat makro misalnya pada nyeri sesudah amputasi kaki.

PNK ada yang bersifat ringan maupun berat, namun keduanya memiliki dampak yang sama yaitu dampak biopsikososial. Pada PNK yang ringan misalnya penderita Osteoarthritis sendi lutut (sering disebut pengapuran lutut) nyeri yang muncul sifatnya tidak sepanjang hari melainkan pada saat akan mengawali aktifitas pagi hari, maupun pada saat perubahan posisi lulut. Berbeda dengan PNK akibat kanker payudara yang harus menanggung nyeri sepanjang hari dan pada beberapa kasus tidak memberikan respons yang baik terhadap obat anti nyeri.




(Original article)

Comments